NAMA :MOH DIKA DWIJAYA
KELAS : XI IPA 3
SMA NEGERI 1 PALU
Golongan darah
adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak
adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya
dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen
ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok,
dan kematian.
Keberadaan golongan darah manusia
yakni untuk menangkis penyakit menular. Namun, ketidakcocokan beberapa golongan
darah sebenarnya hanyalah sebuah kecelakaan evolusi pada manusia itu sendiri.
Terdapat empat empat jenis golongan
darah utama. Golongan darah A merupakan golongan darah paling kuno. Pasalnya,
golongan darah ini sudah ada sejak sebelum spesies manusia berevolusi dari
moyang hominidnya.
Golongan darah B diduga kuat berasal
dari 3,5 juta tahun silam dari mutasi genetik yang memodifikasi salah satu gula
yang berada di permukaan sel darah merah. Dimulai pada 2,5 juta tahun silam,
mutasi terjadi dan membuat gen gula itu menjadi lamban.
Alhasi, tercipta golongan darah O
yang tak memiliki versi gula dari golongan darah A atau B. Kemudian, ada
golongan darah AB yang memiliki gula golongan darah A dan B. Gula inilah yang
membuat beberapa jenis golongan darah tak cocok.
Jika darah dari donor bergolongan
darah A diberikan pada orang dengan golongan darah B, sistem kekebalan tubuh
penerima akan mengenali gula asing itu sebagai penyerbu dan isyarat serangan.
Reaksi kekebalan yang terjadi bisa
sangat mematikan. Golongan darah O negatif dikenal sebagai donor universal
karena tak memiliki molekul yang akan memprovokasi reaksi tersebut, negatif
dalam hal ini kurangnya jenis molekul permukaan lain yang dikenal sebagai
antigen Rh.
Namun, ketidakcocokan bukanlah
bagian dari alasan manusia memiliki golongan darah, kata kepala pengobatan
transfusi Harvey Klein di National Institute of Health Clinical Center.
"Transfusi darah merupakan fenomena baru (ratusan tahun, bukan jutaan
tahun lalu), dan karenanya hal ini tak ada hubungannya dengan evolusi golongan
darah," paparnya.
Penyebab evolusi atau setidaknya
salah satu di antaranya adalah penyakit. Misalnya menurut ahli hematologi
Christine Cserti-Gazdewich dari Toronto General Hospital, malaria tampaknya
menjadi kekuatan utama di balik selektifitas golongan darah O.
Golongan darah O lebih umum dijumpai
di Afrika dan bagian lain dari dunia yang memiliki beban tinggi malaria. Hal
ini menunjukkan, golongan darah membawa semacam keuntungan evolusi.
"Dalam kasus ini, keuntungannya
adalah, sel-sel yang terinfeksi malaria tak menempel dengan baik pada sel darah
golongan darah O atau B," kata Cserti-Gazdewich. Sel darah yang terinfeksi
malaria cenderung menempel sel dengan gula golongan darah A.
Setelahnya, gumpalan yang dikenal
sebagai mawar akan terbentuk dan gumpalan ini bisa sangat mematikan ketika
terbentuk di organ vital, seperti otak. Akibatnya menurut hasil studi 2007 yang
diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, orang
bergolongan darah O tak akan merasakan sakit yang terlalu parah saat terinfeksi
malaria.
Di sisi lain, orang bergolongan
darah O lebih rentan pada penyakit lainnya. Misalnya, orang bergolongan darah O
lebih rentan pada Helicobacter Pylori, bakteri yang menyebabkan bisul,
kata Klein. Namun sayangnya, hasil riset belum menunjukkan apakah hal tersebut
atau beberapa penyakit lain menjelaskan mengapa manusia masih memiliki golongan
darah. [mdr]
SUMBER:
INILAH.COM
No comments:
Post a Comment