Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Tepi Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur. Di Kutai ditemukan prasasti berupa "yupa"
yaitu tugu batu yang digunakan dalam upacara kurban. Yupa ini bertuliskan huruf
Pallawa dan Bahasa Sankserta, diperkirakan berasal dari tahun 400 M. Dalam Yupa
diterangkan mengenai silsilah raja-raja Kutai. Raja Kutai yang pertama adalah
Kudungga(nama ini diperkirakan asli orang Indonesia). Kudungga mempunyai putra
yang bernama Aswawarman, nama ini diperkirakan berasal dari India sehingga
Aswawarman dianggap sebagai "wangsakarta" atau pembentuk
keluarga/dinasti. Selain itu ia juga dijuluki "Ansuman" atau dewa
matahari. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Mulawarman adalah raja
yang terbesar/terkenal di Kutai. Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di
Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5 M atau± 400 M, keberadaan
kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa
prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah. Prasasti Yupa yang
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat
disimpulkantentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan
yaitu antara lain politik,sosial, ekonomi, dan budaya.
* Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam
prasasti Yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, ia putra Aswawarman
dan Aswawarman adalah putra Kudungga.Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa
Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewaMatahari dan dipandang sebagai
Wangsakerta atau pendiri keluarga raja.Hal ini berarti Asmawarman sudah
menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluargaatau dinasti dalam
Agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesiaasli
dan masih sebagai kepala suku, ia yang menurunkan raja-raja Kutai.Dari
penjelasan uraian materi tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau
Anda sudah paham, simak uraian berikutnya :Dalam kehidupan sosial terjalin
hubungan yang harmonis/ erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana,
seperti
yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah
20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci
bernamaWaprakeswara. Dengan adanya istilah Waprakeswara, tentu timbul
pertanyaan dalam diri Anda,apa yang dimaksud dengan Waprakeswara?Waprakeswara
adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa. Di pulau Jawa disebut Baprakewara.
* Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, tidak diketahui secara pasti,
kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah
mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000
ekor sapi untuk golongan Brahmana.Tidak diketahui secara pasti asal emas dan
sapi tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi tersebut di datangkan dari
tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan
kegiatandagang.
* Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah
maju. Hal ini dibuktikan melaluiupacara
penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma.UpacaraVratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena
Kudungga masihmempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin
upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta
(Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarmankemungkinan sekali upacara
penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dariorang Indonesia
asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan
bahwakemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap
bahasa Sansekerta padadasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari,
melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaumBrahmana untuk masalah keagamaan
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara
diperoleh dari prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan. Namun, tulisan pada
beberapa prasati, seperti pada Prasati Muara Cianten dan Prasasti Pasir Awi
sampai saat ini belum dapat diartikan. Banyak informasi berhasil diperoleh dari
tulisan pada kelima prasasti lainnya, terutama Prasasti Tugu yang merupakan
prasasti terpanjang, Tujuh prasasti dari kerajaan Tarumanegara adalah: Prasasti
Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten,
Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Munjul.
Sumber
sejarah penting lain yang dapat menjadi bukti keberadaan kerajaan Tarumanegara
adalah catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah pengelana Cina yang
menyebutkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah catatan perjalanan pendeta
Cina Fa-Hsein, pada tahun414 dan catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang.
Dari salah satu prasasti, yakniPrasati Ciaruteun yang ditemukan di Desa
Ciampea, Bogor, diketahui bahwa Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah
berani. Data sejarah yang lebih jelas, terdapat pada Prasasti Tugu. Pada
prasasti yang panjang ini, dikatakan bahwa pada tahun pemerintahannya yang
ke-22, Purnawarman telah menggali Sungai Gomati. Dari prasati tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Purnawarman memerintah dalam waktu yang cukup lama.
3. Kerajaan Kalingga
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh dari prasasti Tuk
mas. Berdasarkan prasasti ini diperkirakan Kerajaan Kaling berada di sekitar
Purwodadi dan Blora. Raja yang terkenal adalah Ratu Sima. Ia dikenal sebagai
Ratu yang tegas, jujur, dan bijaksana.
4. Kerajaan
Sriwijaya
Keterangan mengenai kerajaan sriwijaya diperoleh dari berita
perjalanan I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina. Sriwijaya merupakan
kerajaan Budha yang berada di Sumatra Selatan. Selain dari I-Tsing, keterangan
mengenai Sriwijaya juga diperoleh dari Prasasti-prasasti antara lain : Prasasti
kedukan bukit yang berisi tentang perjalanan suci Sang Dapunta Hyang, Prasasti
Kota Kapur yang berisi permintaan kepada para dewa untuk menjaga kesatuan
Sriwijaya, Prasasti Telaga Batu yang berisi kutukan terhadap mereka yang
berbuat kejahatan, prasasti Talang tuo dan prasasti Karang Berahi. Sriwijaya
adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena Sriwijaya
adalahsalah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara
pada waktu itu (abad 7 -15 M).Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya
hingga mencapai puncak kebesarannyasebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus
mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber sejarahyang membuktikan keberadaan
kerajaan tersebut.Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari
dalam juga berasal dari luar sepertidari Cina, India, Arab, Persia. Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber
dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan bahasa
Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.Untuk
mengetahui keberadaan prasasti tersebut, simaklah uraian materi berikut ini!
a.Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang
dekatPalembang,
berangka tahun 605 Saka atau 683 M. Isi prasasti tersebut menceritakan
perjalanansuci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara
sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil
menaklukkan beberapa daerah.
b.Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606 Saka /684 M.
Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran
semuamakhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
cPrasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang berangka tahun 683 M.
d.Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau
Bangka berangka tahun 608 Saka / 686M
e.Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi tidak berangka
tahun.
f. Prasasti Palas
Pasemah
ditemukan di Lampung Selatan tidak
berangka tahunKeempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga
Batu, Kota Kapur, Karang bukit, danPalas Pasemah menjelaskan isi yang sama
yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja yang tidak tunduk kepada raja
Sriwijaya.
Dari penjelasan tentang prasasti-prasasti tersebut, apakah
Anda dapat memahami keberadaankerajaan Sriwijaya? Untuk menambah lagi pemahaman
Anda simaklah uraian materi tentangsumber-sumber sejarah Sriwijaya yang berasal
dari luar negeri baik yang berupa prasasti maupun berita Cina dan Arab.
* Sumber-sumber
prasasti
Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung Melayu
berangka tahun 775 M yangmenjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di
Semenanjung Melayu, daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama
Prasasti Ligor .Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang
berasal dari abad ke 9 M. Prasastitersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya.
*
Sumber Berita Asing
Di samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga
diperkuat dengan adanya berita-berita Cinamaupun berita Arab. Berita Cina,
diperoleh dari I-Tshing seorang
pendeta Cina yang sering datang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M, yang
menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang menguasaiagama
seperti di India dan di samping itu juga, berita dari dinasti Sung yang
menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971 - 992
M. Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih ,sedangkan dari berita Arab
Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau dengan sebutan Sribuza.Dari
berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan
Sriwijaya.Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang
menjelaskan keberadaan Sriwijaya,sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat
diketahui perkembangan Sriwijaya dalam berbagaiaspek kehidupan.Untuk mengetahui
lebih jelas perkembangan Sriwijaya dalam aspek-aspek kehidupan tersebut,maka
simak uraian materi berikut ini.
* Kehidupan
Politik
Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama
Sriwijaya adalah Dapunta Hyang SriJayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2
pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak
ditemukan prasasti Sriwijaya danadanya sungai Musi yang strategis untuk
perdagangan.Sedangkan
pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan
yaitu daerah pertemuan sungaiKampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan
daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang jugastrategis untuk perdagangan.Dari
dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya
berpusat di Palembang. Kemudian
dipindahkan ke Minangatamwan .Untuk
selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan
politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting
artinya untuk perdagangan. Halini sesuai dengan prasasti yang ditemukan
Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di
pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya. Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi
sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudahmerupakan negara antar nusa
karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat
Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama.
Karena kekuasaannya luas dan berperansebagai negara besar di Asia Tenggara (M.Yamin).
*
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur
pelayaran dan perdagangan InternasionalAsia
Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang
menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan
Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalammaupun luar.Dengan
demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan internasional sangat baik. Hal
ini jugadidukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti
Balaputradewa. Pada masanyaSriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu
menjamin keamanan di jalurjalur pelayaranyang menuju Sriwijaya, sehingga banyak
pedagang dari luar yang singgah dan berdagang diwilayah kekuasaan Sriwijaya
tersebut.Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka
penghasilan Sriwijaya meningkatdengan pesat. Peningkatan diperoleh dari
pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan
demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.Faktor
lain yang menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan
sosialmasyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan
hasilnya riwijayaterbukti menjadi pusat pendidikan dan
penyebaran
agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuaidengan berita I-Tshing pada abad ke
8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha
di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti.Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga
mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya diIndia, hal ini tertera dalam
prasasti Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya
yaituBalaputra Dewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India).
Raja ini memberisebidang tanah untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai
penganut agama yang taat maka rajaSriwijaya juga memperhatikan kelestarian
lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan
untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan demikiankehidupan ekonomi dan
sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal initentunya juga
diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang
budayasampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci
seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas)
serta di Bukit Siguntang (Palembang).
Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran dan keruntuhan
akibatserangan dari kerajaan lain.
• Serangan pertama dari Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim
tahun 990 M. pada waktuitu raja Sriwijaya adalah Sri Sudarmaniwarmadewa.Walaupun serangan tersebut gagaltetapi
dapat melemahkan Sriwijaya.
• Serangan berikutnya datang dari kerajaan Colamandala(India Selatan) yang terjadi
pada masa pemerintahan Sri
Sangramawijayatunggawarman pada tahun 1023 dan diulang lagitahun 1030
dan raja Sriwijaya ditawan.
• Tahun 1068 Raja
Wirarajendradari Colamandala
kembali menyerang Sriwijaya tetapi Sriwijaya tidak runtuh bahkan pada abad 13
Sriwijaya diberitakan muncul kembali dancukup kuat sesuai dengan berita Cina.
• Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477 ketika
Majapahit mengirimkan tentaranyauntuk menaklukan Sumatra termasuk Sriwijaya
Raja
yang pernah berkuasa adalah Sri Jayanaga, Balaputradewa (raja yang paling
terkenal),
dan Sri Sanggramawijayatunggawarman. Kerajaan Sriwijaya runtuh akibat serangan
Raja Colamanda dari India dan Ekspedisi Pamalayu dari Singosari.
5. Kerajaan Mataram Kuno
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh berdasarkan
prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan
Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh
raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari
Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal,
Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa
adalah Samaratungga, pada masa kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur.
Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari
Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa
kepemimpinan Raja Balitung. Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan
ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk menghindari
ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti Empu Sindok adalah
Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya terjadi peristiwa "Pralaya
Medang" yaitu penyerbuan Mataram oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa yang
dihasut oleh Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Mataram
adalah Airlangga. Airlangga adalah menantu Dharmawangsa. Berakhirnya kerajaan
mataram karena Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari
perebutan kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga, Mapanji
Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala atau singosari yang beribu
kota di kahuripan dan Panjalu atau Kediri
yang beribu kota di Daha.
(LAINNYA)
Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di
JawaTengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya
banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan
Bengawan Solo. Keadaan tanahnyasubur sehingga pertumbuhan penduduknya cukup
pesat.
*
Sumber-sumber Prasasti
Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya
kerajaan Mataram dapat diketahuimelalui prasasti-prasasti dan bangunan
candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.Prasasti-prasasti yang
menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebutyaitu
antara lain:
a. Prasasti
Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal
berangkatahun 732 M dalam bentuk
Candrasangkala.
b.Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan
Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulisdalam huruf Pranagari (India Utara) dan
bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja
Panangkaran atas permintaankeluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha(umat Budha).
c.Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907
M yangmenggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah
raja-raja Mataram yang mendahului Bality
yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, RakaiPanunggalan, Rakai Warak, Rakai
Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, RakaiWatuhumalang,
dan Rakai Watukura Dyah Balitung.Untuk
itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti
Belitung. d.Prasasti Klurak ditemukan
di desa Prambanan berangka tahun 782
M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan
pembuatan arca Manjusri oleh Raja
Indrayang bergelar Sri Sanggrama
dananjaya Menurut para ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri
adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek
Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor Dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.
* Sumber berupa Candi
Selain prasasti yang menjadi sumber sejarah adanya kerajaan
Mataram ada juga banyak bangunan- bangunan candi di Jawa Tengah, yang
manjadi bukti peninggalan kerajaan Mataram yaitu seperti Candi-candi pegunungan
Dieng, Candi Gedung Songo, yang terletak di Jawa Tengah Utara.Selanjutnya di
Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi antara lain Candi Borobudur, CandiMendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi
Sambi Sari, dan masih banyak candi-candi yang lain
6. Kerajaan Singasari
Sumber
sejarah tentang Kerajaan Singasari di Jawa Timur adalah kitab-kitab kuno,
seperti Pararaton (Kitab Raja-Raja) dan Negarakertagama. Kedua kitab itu
berisis sejarah raja-raja. Kerajaan Singasari dan majapahit yang saling
berhubungan erat. Ketika Ken Arok berkuasa di Tumapel, di Kerajaan Kediri
berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para
Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel. Namun, dalam pertempuran di
Ganter, ia mengalami kekalahan dan meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan
Kerajaan Kediri dan Tumapel, serta mendirikan Kerajaan Singasari. Ia bergelar
Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur.
Dari
istri yang pertamanya yang bernama Ken Umang, Ken Arok mempunyai empat orang
anak, yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Dari
perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu
Mahisa Wong ateleng, Panji Sabrang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga
memiliki seorang anak tiri, yaitu Anusapati yang merupakan anak Tunggal Tunggul
ametung dan Ken Dedes. Tunggul Ametung adalah Bupati Tumapel yang dibunuh Ken
Arok.
Pada
tahun1227, masa pemerintahan Ken Arok berakhir ketika ia dibunuh oleh anak
tirinya Anusapati, sebagai balas dendam terhadap kematian Ayahnya. Diceritakan
bahwa Ken Arok dibunuh dengan menggunakan keris Mpu Gandring yang di pakai
untuk membunuh Tunggul Ametung. Kemudian Ken Arok dimakamkan di Kagenengan
(sebelah selatan Singasari). Setelah Ken Arok wafat, Anusapati yang bergelar
Amusanatha, naik tahta sebagai raja kedua Kerajaan Singasari. Anusapati
memerintah sampai tahun 1248. Tohjaya yang mengetahui bahwa ayahnya dibunuh
oleh Anusapati, merencanakan pembalasan dendam. Tohjaya membunuh Anusapati juga
dengan mengunakan keris Mpu Gandring.
Setelah
Wafat, jenazahanusapati diperabukan di Candi Kidal. Tohjaya kemudian
mengantikan Anusapati menjadi Raja di Kerajaan singasari pada tahun 1248. Ia
tidak lama memerintah karena terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh
orang-orang Sinelir dan Rajasa yang digerakkan oleh Ranggawuni, anak Anusapati.
Ranggawuni dibantu oleh Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong Ateleng, saudara tiri
Anusapati dari ibu yang sama.
Pemberontakan
Ranggawuni berhasil menyerbu masuk ke istana dan melukai Tohjaya dengan tombak.
Tohjaya berhasil dilarikan oleh para pengawalnya ke luar Istana, tetapi
akhirnya meninggal di Katalang Lumbang. Dengan wafatnya Tohjoyo. Tahta kerajaan
Singasari kembali kosong.
Setelah
tohjaya wafat, Ranggawuni naik tahta pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya
Wishnuwardhana. Mahisa Cempaka yang telah membantunya merebut tahta, memperoleh
anugrah kedudukan sebagai Ratu Angabhaya, pejabat terpenting kedua di Kerajaan
Singgasari dengan gelar Narasinghamurti. Pada tahun 1254. Wishnuwardhana
menobatkan anaknya yang bernama Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Kumararaja
(Raja Muda). Kertanegara mendampingi ayahnya memerintah sampai tahun 1268.
Ketika Wishnuwardhana meninggal di Mandaragiri, ia dimuliakan di dua tempat
yang berbeda. Di Candi Jago (Jajaghu) sebagai Buddha Amoghapasha dan di Candi Weleri
sebagai Siwa.
Setelah
ayahnya wafat, Kertanegara sebagai raja muda langsung dinobatkan sebagai Raja
Singasari. Dalam menjalankan pemerintahan, Kertanegara dibantu oleh tiga orang
pejabat bawahan, yaitu Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan dan Rakryan i Halu.
Dibawah ketiga Mahamantri, masih terdapat pula tiga orang pejabat bawahan,
yaitu Rakryan Apatih, Rakryan Demung, dan Rakryan Kanuruhan. Untuk mengatur
soal keagamaan, diangkat pejabat yang disebut Dharmadhyaksa ri Kasogatan.
Raja
Kertanegara adalah raja yang terkenal dan terbesar dari kerajaan Singasari. Ia
mempunyai semangat Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita memperluas Kerajaan
Singasari hingga keluar Pulau Jawa yang disebut dengan istilah Cakrawala
Mandala. Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan ke Sumatra untuk menguasai
Kerajaan Melayu yang disebut sebagai ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi
tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di taklukan tahun1260. Peristiwa ini
diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat) yang
berangka tahun 1286.
Raja
Melayu saat itu, Tribhuwana atau Raja Mulawarmandewa, beserta rayatnya
menyambut hadiah itu dengan suka cita. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan
Melayu secara resmi berada dibawah kekuasaan Raja Kertanegara. Kertanegara juga
membawa putrid Melayu kembali ke Singasari untuk dinikahkan dengan salah
seorang bangsawan Singasari. Tujuh pengiriman arca dan penaklukan Kejaan Melayu
adalah untuk menghadang rencana perluasan kekuasaan Kaisar Kubilai Khan dari
Cina.
Diceritakan
bahwa sudah beberapa kali utusan dari Cina dating ke Kerajaan Melayu menurut
pengakuan untuk tunduk kepada Cina. Raja Kertanegara menolak mengirim upeti
atau utusan sebagai pernyataan tunduk kepada Cina. Raja Kertanegara menolak
mengirim upeti atau utusan sebagai pernyataan tunduk.
Pada
tahun 1289, utusan Cina bernama Meng K’i dikirim pulang ke Cina sehingga Kaisar
Kubilai Khan marah dan mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Singasari.
Sebagian besar pasukan Kerajaan Singasari sedang dikirim ke Sumatra untuk
menghadapi serangan pasukan Cina. Sementara itu, Raja Jayakatwang di Kerajaan
Kediri yang menjadi bawahan Kerajaan Singasari melihat kesempatan yang baik
untuk merebut kekuasaan. Pada tahun 1292, Raja Jayakatwang dengan pasukan
Kerajaan Kediri menyerang Ibu kota Kerajaan Singasari.
Menurut
cerita, pada saat serangan musuh dating, Raja Kertanegara beserta para pejabat
dan pendeta sedang melakukan upacara Tantrayana sehingga dapat dengan mudah
mereka semua dibunuh oleh musuh. Kerajaan Singasari akhirnya berhasil direbut
oleh Jayakatwang, Raja Kediri.
7. KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan
bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Nama
kerajaan ini berasal dari buah maja yang pahit rasanya. Ketika orang-orang
Madura bernama Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik, mereka menenukan
sebuah pohon maja yang berubah pahit. Padahal rasa buah itu biasanya manis.
Oleh karena itu mereka menamakna permukiman mereka itu sebagai Majapahit.
Daerah ini merupakan daerah yang diberikan Raja Jayakateang dari Kerajaan Kediri
kepada Raden Wijaya. Raja Wijaya adalah menantu Raja Kertanegara dari kerajaan
Singasari. Pada saat Kerajaan Singasari diserbu dan dikalahkan oleh
Jayakatwang, Raden Wijaya berhasil melarikan diri. Ia mencari perlindungan
kepada Bupati Madura yang bernama Arya Wiraraja. Dengan bantuan orang-orang
Madura, ia membangun pemuliman di Desa Tarik yang kemudian diberi nama
Majapahit tersebut.
Pada
tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan 20.000 orang
prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur. Tujuan mereka adalah menghukum Raja
Kertanegara yang menyatakan tidak mau tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan dari
Cina. Mereka tidak mengetahui bahwa Raja Kertanegara dari Singasari itu telah
meninggal dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.
Melihat
peluang ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk merebut kembali Kerajaan
Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang Raja
Jayakatwang di Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan itu.
Raja Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina
bergembira dan berpesta pora. Mereka tidak menyaka kalau kesempatan itu dipakai
oleh Raden Wijaya untuk balik menyerang mereka. Pasukan Raden Wijaya berhasil
mengusir armada Cina kembali ketanah airnya. Sejak saat itu Kerajaan Majapahit
dianggap sudah berdiri.
Raden
Wijaya naik tahta sebagai Raja Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri
Kertarajasa Jayawardhana. Pada tahun 1295., berturut-turut pecah pembrontakan
yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi.
Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun
1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati)
dan Candi Artahpura.
Setelah
Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara
menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara
harus menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup.
Selain pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan
pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke
Desa Bedager.
Raja
Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang anggota
dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra ia
kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar
Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani. Suaminya bernama Cakradhara yang
berkuasa di Singasari dengan gelar Kertawerdhana.
Dari
kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa
pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah
pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu
pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada
bersumpah di hadapan Raja dan para pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti
palapa (memakan buah palapa), sebelum ia dapat menundukan Nusantara.
Pada
tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam
Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah
berkuasa 22 tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Muruk
dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara. Gajah Mada
diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah
Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit
menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara tunduk
pada Majapahit.
Gajah
Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada menjadi titik tolak
kemunduran Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada negarawan yang kuat dan
bijaksana. Keadaan semakin memburuk setelah Hayam Wuruk juga meninggal pada
tahun 1389. Hayam Wuruk tidak memiliki putra mahkota. Tahta kerajaan Majapahit
diberikan pada menantunya yang bernama Wikramawardhana (suami dari putri
mahkota Kusumawardhani). Hayam Wuruk sebenarnya memiliki putra yang bernama
Bhre Wirabhumi. Namun, dia bukan anak dari permaisuri sehingga tidak berhak
mewarisi tahta Kerajaan Majapahit.
Meskipun
demikian, Wirabhumi tetap diberi kekuasaan di wilayah kekuasaan di wilayah
Kerajaan sebelah Timur, yaitu Blambangan. Dengan cara tersebut, kemungkinan
perpecahan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana berhasil diredam. Masalah
kembali timbul ketika tahta Kerajaan Majapahit kembali kosong setelah
Kusumawardhani meninggal dunia pada tahun 1400. Wikramawardhana berniat untuk
menjadi pendeta dan menunjuk putrinya, Suhita, menjadi ratu Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1401, pecah perang antara
keluarga Wikramawardhana dan Wirabhumi yang dikenal sebagai Perang Paregreg.
Perang Paregreg baru berakhir pada tahun 1406 dengan terbunuhnya Bhre
Wirabhumi. Parang saudara ini semakin melemahkan Kerajaan Majapahit. Satu demi
satu daerah kekuasaannya melepaskan diri. Tidak ada lagi raja yang kuat dan
mampu memerintah kerajaan yang demikian luas. Menurut catatan. Kerajaan
Majapahit runtuh sekitar tahun 1500-an yang didasarkan pada tahun bersimbol
Sirna Ilang Kertaning Bhumi
8.
Kerajaan Kediri
Kediri, adalah salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan
pada tahun 1049 (satu lainnya adalah Janggala), yang dipecah oleh Airlangga
untuk dua puteranya. Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk
menghindari perselisihan dua puteranya, dan ia sendiri turun tahta menjadi
pertapa. Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha
merupakan singkatan dari Dahanapura,
yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang
dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan
berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah
tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah
wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang
berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan
timur bernama Janggala yang berpusat di kota
lama, yaitu Kahuripan. Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah
menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu,
yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan
dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama
yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi
ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang
lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam
prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu
juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai
tai ta (1178).
*
Perkembangan Kerajaan Kediri
Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri
tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan
adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan
adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui,
sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui
dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang
terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu
Menang.
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan
Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai
mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai
tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya
selain Cina secara berurutan adalah
Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa
di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007,
yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu
memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut.
* Karya Sastra Kerajaan Kediri
Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman
Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber
dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.
Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga
zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga
bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana
*
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa
pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama.
Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih
melawan kaum brahmana yang kemudian meminta
perlindungan Ken
Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita
memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah
bawahan Kadiri.
Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa
Ganter. Pasukan Ken
Arok berhasil menghancurkan
pasukan Kertajaya. Dengan demikian
berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri
menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha,
putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya
yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya,
yaitu Jayakatwang. Jayakatwang
memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa
lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil
membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun
hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh
pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
* Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kediri antara lain :
Raja pertama Kediri adalah Raja Kameswara (1115 - 1130 M)
mempergunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring pada masa
pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya
dikenal dalam Cerita Panji. Raja selanjutnya adalah Jayabaya memerintah tahun
1130 - 1160 mempergunakan lancana Narasingha yaitu setengah manusia setengah
singa pada masa pemerintahannya Kediri mencapai puncak kebesarannya dan juga
banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang Indonesia antara
lain akan datangnya Ratu Adil. Tahun 1181 pemerintahan raja Sri Gandra terdapat
sesuatu yang menarik pada masa, yaitu untuk pertama kalinya didapatkan
orang-orang terkemuka mempergunakan nama-nama binatang sebagai namanya yaitu
seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dsb.
Selanjutnya tahun 1200 - 1222 yang menjadi raja Kediri adalah Kertajaya. Ia
memakai lancana Garudamuka seperti Ria Airlangga, sayangnya raja ini kurang
bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Hal
inilah yang akhirnya menjadi penyebab berakhirnya kerajaan Kediri, karena kaum
Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok di
Singosari sehingga tahun 1222 Ken Arok berhasil menghancurkan Kediri.
Raja selanjutnya Kediri adalah Jayabaya
(1135-1159). Jayabaya di kemudian hari dikenal sebagai "peramal" Indonesia masa depan. Pada masa kekuasaannya, Kediri
memperluas wilayahnya hingga ke pantai Kalimantan. Pada masa ini pula, Ternate
menjadi kerajaan subordinat di bawah Kediri. Waktu itu Kediri memiliki Armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga terkenal
karena telah memerintahan penggubahan
Kakawin Bhatarayuddha
Raja terakhir Kediri adalah Kertajaya,
(1185-1222). Kertajaya dikenal sebagai raja yang kejam, bahkan meminta rakyat
untuk menyembahnya. Ini ditentang oleh para Brahmana. Sementara itu, di Tumapel
(wilayah bawahan Kediri di daerah Malang) terjadi gejolak politik: Ken Arok
membunuh penguasa Tumapel Tunggul Ametung dan mendirikan Kerajaan Singhasari.
Ken Arok kemudian memanfaatkan situasi politik di Kediri, ia Beraliansi dengan Brahmana, dan lalu menghancurkan Kediri.
Dengan meninggalnya Kertajaya, Kediri menjadi wilayah Kerajaan Singhasari.
* Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena
kesejahteraan rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari
rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang
berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kediri telah memakai kain sampai
di bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni
dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra.
Hal ini terlihat dari banyaknya hasil sastra yang dapat Anda ketahui sampai
sekarang.
9.
Kerajaan medang kemulan
Kerajaan Medang (atau sering juga
disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah
nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8,
kemudian berpindah ke Jawa
Timur
pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah
berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak
candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad
ke-11.
* Awal Berdirinya
Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan
jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri
Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan jelas apa nama
kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulau Jawa sebelum dirinya,
bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil
menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha saudara perempuan Sanna.
Sanna juga dikenal dengan nama sena atau
Bratasenawa, yang merupakan raja Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716
M).Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh
Purbasora (saudara satu ibu sanna) dalam tahun 716 M.Sena akhirnya melarikan
diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat baik
sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi
menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat menuntut
balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa
(mertuanya yangg merupakan sahabat sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah
menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama isterinya. Akhirnya Sanjaya
menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah
Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Mataram
dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur
pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda
dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan
Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.
Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar
terdapat dalam Carita Parahyangan yang baru ditulis ratusan tahun setelah
kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.
*
Raja-raja yang pernah memerintahi kerajaan medang kemulan antara lain :
- Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang
- Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra
- Rakai Panunggalan alias Dharanindra
- Rakai Warak alias Samaragrawira
- Rakai Garung alias Samaratungga
- Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
- Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
- Rakai Watuhumalang
- Rakai Watukura Dyah Balitung
- Mpu Daksa
- Rakai Layang Dyah Tulodong
- Rakai Sumba Dyah Wawa
- Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
- Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
- Makuthawangsawardhana
- Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang
Ratu, sedangkan raja-raja sesudahnya semua memakai gelar Sri Maharaja.
* Perkembangan Pemerintahan
a.Mpu Sindok
Mpu Sindok
Merupakan raja pertama di kerajaan medang kamulan,memerintah selama 20
tahun.Selama pemerintahannya ia dibantu oleh permaisurinya,Sri Wardhani Pu
Kbin.Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Raka I Hino Sri Isnaya Wikrama
Dharmatunggadewa.
b.Airlangga(Erlangga):
Airlangga
adalah putra raja bali bernama Udaya yg menitkah dengan Mahendradatta saudari
Raja Dharmawangsa.Usaha yg dilakukan Airlangga dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Medang:
-memperbaiki
pelabuhan Hujung Galuh
-membangun
waduk waringin sapta
-membangun jalan2 yg menghubungkan pesisir ke pusat
kerajaan
* Keadaan
Penduduk
Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram
sampai periode Wwatan pada umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang
terkenal sebagai negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.
Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan
Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa. Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi
kerajaan berganti menjadi Buddha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu
dan Buddha tetap hidup berdampingan dengan penuh toleransi.
* Peninggalan sejarah
Selain meninggalkan bukti sejarah berupa
prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kerajaan Medang juga
membangun banyak candi, baik itu yang bercorak
Hindu maupun Buddha. Temuan Wonoboyo berupa artifak emas
yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah; menunjukkan
kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.
Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara
lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, dan tentu saja yang
paling kolosal adalah Candi Borobudur. Candi megah yang
dibangun oleh Sailendrawangsa ini telah ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu warisan budaya dunia.
10. Kerajaan
Melayu
Kerajaan-kerajaan
Buddha di Sumatra muncul pada sekitar abad ke-6 dan ke-7. Sejarah mencatat
ada dua kerajaan bercorak Buddha di Sumatra, yaitu Kerajaan Melayu dan Kerajaan
Sriwijaya. Nama kerajaan Sriwijaya selanjutnya mendominasi hamper seluruh
informasi tentang kerajaan dari Sumatra pada abad ke -7 hingga ke-11. Kerajaan
Melayu merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Berdasarkan
bukti-bukti sejarah yang bias ditemukan, Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat
di daerah Jambi, tepatnya di tepi alur Sungai Batanghari. Di sepanjang alur
Sungai Batanghari ditemukan banyak peninggalan berupa candi dan arca.
Sumber
sejarah lain yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk keberadaan Kerajaan
Melayu adalah catatan dari seorang pengelana dari Cina yang bernama I-Tsing
(671-695). Ia menyebutkan bahwa pada abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama
Kerajaan Melayu yang secara politik dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya. Dari cerita I-Tsing, diketahui bahwa Kerajaan Melayu
terletak ke dalam Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan terdekat antara
India dan Cina. Menurut Kitab Negarakertagama, pada tahun 1275, Raja
Kertanegara dari kerajaan di Jawa mengadakan ekspedisi penaklukan ke Sumatra.
Ekspedisi tersebut disebut ekspedisi Pamalayu.
Setelah
cukup lama di bawah kekuasaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu muncul kembali sebagai
pusat kekuasaan di Sumatra. Pada abad 17, adityawarman, putra Adwayawarman
memerintah Kerajaan Melayu. Adityawarman memerintah hingga tahun 1375.
Kemudian, digantikan oleh anaknya Anangwarman.
*
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya yang muncul pada abad ke-6, pada mulanya berpusat di sekitar Sungai
Batanghari, pantai timur Sumatra. Pada perkembangannya, wilayah kerajaan
Sriwijaya meluas hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu, Semenanjung Malaya,
dan Sunda (kini wilayah Jawa Barat). Catatan mengenai kerajaan-kerajaan di Sumatra didapat
dari seorang pendeta Buddha bernama I-Tsing yang pernah tinggal di Sriwijaya
antara tahun 685-689 M. Pada tahun 692, ketika I-Tsing, bias disimpilkan bahwa
Sriwijaya telah menaklukan dan menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Dari
Prasasti Kedukan Bukit (683), dapat diketahui bahwa Raja Dapunta Hyang berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukan daerah Minangatamwan, Jambi.
Daerah Jambi sebelumnya adalah wilayah kerajaan Melayu. Daerah itu merupakan
wilayah taklukan pertama Kerajaan Sriwijaya. Dengan dikuasainya wilayah Jambi,
Kerajaan Sriwijaya memulai peranannya sebagai kerajaan maritim dan perdagangan
yang kuat dan berpengaruh di Selat Malaka. Ekspansi wilayah Kerajaan Sriwijaya
pada abad ke-7 menuju ke arah selatan dan meliputi daerah perdagangan Jawa di Selat Sunda.
Kerajaan
Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Pada
masa itu, kegiatan perdagangan luar negeri ditunjang juga dengan penaklukan
wilayah-wilayah sekitar. Sepanjang abad ke-8, wilayah Kerajaan Sriwijaya meluas
kea rah utara dengan menguasai Semenanjung Malaya dan daerah perdagangan di
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Sejarah tentang Raja Balaputradewa dimuat
dalam dua prasasti, yaitu Prasasti Nalanda dan Prasasti Ligor.
Raja
kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Pada
masa pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman, hubungan Kerajaan Sriwijaya
dan kerajaan Chola dari India yang semula sangat erat mulai renggang. Hal itu
disebabkan oleh seranggan yang dilancarkan Kerajaan Chola di bawah pimpinan
Rajendracoladewa atas wilayah Sriwijaya di semenanjung Malaya.
Serangan-serangan tersebut menyebabkan kemunduran kerajaan Sriwijaya.
11. Kerajaan
Bali
Informasi
tentang raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Bali diperileh terutama
dari prasasti Sanur yang berasal dari 835 Saka atau 913. Prasasti Sanur dibuat
oleh Raja Sri Kesariwarmadewa. Sri Kesariwarmadewa adalah raja pertama di Bali
dari Dinasti Warmadewa. Setelah berhasil mengalahkan suku-suku pedalaman Bali,
ia memerintah Kerajaan Bali yang berpusat di Singhamandawa. Pengganti Sri
Keariwarmadewa adalah Ugrasena. Selama masa pemerintahannya, Ugrasena membuat
beberapa kebijakan, yaitu pembebasan beberapa desa dari pajak sekitar tahun 837
Saka atau 915. Desa-desa tersebut kemudian dijadikan sumber penghasilan kayu
kerajaan dibawah pengawasan hulu kayu (kepala kehutanan). Pada sekitar tahun
855 Saka atau 933, dibangun juga tempat-tempat suci dan pesanggrahan bagi
peziarah dan perantau yang kemalaman.
Pengganti
Ugrasena adalah Tabanendra Warmadewa yang memerintah bersama permaisurinya, ia
berhasil membagun pemandian suci Tirta Empul di Manukraya atau Manukaya, dekat
Tampak Siring. Pengganti Tabanendra Warmadewa adalah raja Jayasingha Warmadewa.
Kemudian Jayasadhu Earmadewa. Masa pemerintahan kedua raja ini tidak diketahu
secara pasti. Pemerintahan kerajaan Bali selanjutnya dipimpin oleh seorang
ratu. Ratu ini bergelar Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Ia memerintah pada
tahun 905 Saka atau 938. Beberapa ahli memperkirakan ratu ini adalah putrid Mpu
Sindok dari kerajaan Mataram Kuno.
Pengganti
ratu ini adalah Dharma Udayana Warmadewa. Pada masa pemerintahan Udayana,
hubungan Kerajaan Bali dan Mataram Kuno berjalan sangat baik. Hal ini
disebabkan oleh adanya pernikahan antara Udayana dengan Gunapriya Dharmapatni,
cicit Mpu Sendok yang kemudian dikenal sebagai Mahendradata. Pada masa itu
banyak dihasilkan prasasti-prasasti yang menggunakan huruf Nagari dan Kawi
serta bahasa Bali Kuno dan Sangsekerta.
Setelah
Udayana wafat, Marakatapangkaja naik tahta sebagai raja Kerajaan Bali. Putra
kedua Udayana ini menjadi raja Bali berikutnya karena putra mahkota Airlangga
menjadi raja Medang Kemulan. Airlangga menikah dengan putrid Darmawngasa dari
kerajaan Medang Kemulan. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan terlihat bahwa
Marakatapangkaja sangat menaruh perhatian pada kesejahteraan rakyatnya. Wilayah
kekuasaannya meliputi daerah yang luas termasak Gianjar, Buleleng. Tampaksiring
dan Bwahan (Danau Batur). Ia juga mengusahakn pembangunan candi di Gunung Kawi.
Pengganti
raja Marakatapangkaja adalah adiknya sendiri yang bernama Anak Wungsu. Ia
mengeluarkan 28 buah prasasti yang menunjukkan kegiatan pemerintahannya. Anak
Wungsu adalah raja dari Wangsa Warmadewa terakhir yang berkuasa di kerajaan
Bali karena ia tidak mempunyai keturunan. Ia meninggal pada tahun 1080 dan
dimakamkan di Gunung Kawi (Tampak Siring).
Setelah
anak Wungsu, kerajaan Bali dipimpin oleh Sri Sakalendukirana. Raja ini
digantikan Sri Suradhipa yang memerintah dari tahun1037 Saka hingga 1041 Saka.
Raja Suradhipa kemudian digantikanJayasakti. Setelah Raja Jayasakti, yang
memerintah adalah Ragajaya selitar tahun 1155. Ia digantikan oleh Raja
Jayapangus (1177-1181). Raja terakhir Bali adalah Paduka Batara Sri Artasura
yang bergelar Ratna Bumi banten (Manikan Pulau Bali). Raja ini berusaha
mempertahahankan kemerdekaan Bali dari seranggan Majapahit yang di pimpin oleh
Gajah Mada. Sayangnya upaya ini mengalami kegagalan. Pada tahun 1265 Saka tau
1343, Bali dikuasai Majapahit. Pusat kekuasaan mula-mula di Samprang, kemudian
dipindah ke Gelgel dan Klungkung.
12. Kerajaan Pajajaran
Pusat
Kerajaan Pajajaran awalnya terletak di daerah Galuh, jawa Barat. Raja pertama
Kerajaan Pajajaran bernama Sena. Namun, tahta Kerajaan Pajajaran kemudian
direbut oleh saudara Raja Sena yang bernama Purbasora. Raja Sena dan
keluarganya terpaksa meninggalkan keratin. Tidak lama kemudian, Raja Sena
berhasil merebut kembali tahta Kerajaan Pajajaran.
Raja
Pajajaran selanjutnya adalah Jayabhupati. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Pajajaran mengembangkan ajaran Hindu Waisnawa. Setelah Jayabhupati, Kerajaan
diperintah oleh Rahyang Niskala Wastu Kencana. Pada masa pemerintahannya, pusat
kerajaan dipindahkan ke Kawali. Raha Wastu kemudian digantikan oleh Hayam
Wuruk. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1357 dan disebut dalam kitab Pararaton
sebagai Perang Bubat.
Ketika
perang Bubat terjadi, Sri Baduga Maharaja bersama seluruh pengiringnya tewas.
Kerajaan Pajajaran diambil alih oleh Hyang Bunisora (1357-1371), pengasuh putra
mahkota Wastu Kencana yang masih kecil. Hyang Bunisora berkuasa selama 14
tahun. Pada Prasasti Batu Tulis, raja ini disebut juga Prabu Guru Dewataprani.
Kerajaan
Pajajaran selanjutnya diperintah secara berurutan oleh Wastu Kencana. Tohaan,
lalu Sang Ratu Jayadewata. Pada masa pemerintahan Sang Ratu Jayadewata,
diperkirakan bahwa di Kerajaan Pajajaran telah terdapat penduduk yang beragama
islam. Hal ini tergambar dari tulisan seorang ahli sejarah Portugis yang
bernama Tome Pires (1513) yang mengatakan bahwa di wilayah timur kerajaan ini terdapat
banyak penganut Islam. Tampaknya pengaruh Islam belum masuk ke pusat kerajaan.
Namun, pengaruh Islam dari Kerajaan Demak di Jawa Tegah mulai mengancam
Kerajaan Pajajaran.
Oleh
karena itu Jayadewata bermaksud meminta bantuan Portugis di Malaka untuk menghadapi
kerajaan Demak. Usaha itu terlambat karena pada tahun1527, pasukan yang
dipimpin oleh Falatehan dari Demak berhasil menguasai pelabuhan Sunda Kelapa,
pelabuhan terbesar Kerajaan Pajajaran. Ketika itu, yang berkuasa di Pajajaran
adalah Ratu Samiam, putra Jayadewata.
Setelah
pelabuhan Sunda Kelapa direbut oleh Kerajaan Demak, Kerajaan Pajajaran harus
menghadapi serangan Kerajaan Banten dari arah barat. Pengganti Samiam, yaitu
Prabu Ratu Dewata, berusaha mempertahankan ibu kota Pajajaran dari pasukan
Maulana Hasanuddin dan putranya, Maulana Yusuf. Pada tahun1579, Kerajaan
Pajajaran akhirnya runtuh setelah Kerajaan Banten yang bercorak Islam berhasil
menguasai Ibu kota kerajaan. Orang-orang Hindu Pajajaran yang tidak mau tunduk
pada penguasa Islam akhirnya melarikan diri kedaerah pedalaman dan kemudian
hidup sebagai suku Badui.
.THANK’S
TO & DAFTAR PUSTAKA
http://Richawahyuni.blogspot.com
http://history1978.wordpress.com
No comments:
Post a Comment